Di Balik Visor "El Diablo": Mengungkap Sisi Pribadi dan Keyakinan Agama Fabio Quartararo

Di dunia MotoGP yang penuh dengan deru mesin, kecepatan ekstrem, dan persaingan sengit, nama Fabio Quartararo bersinar terang. Dikenal dengan julukan "El Diablo," pembalap asal Prancis ini telah memukau dunia dengan bakat alaminya, gaya balap yang agresif namun mulus, dan kemampuannya untuk menaklukkan tekanan hingga meraih gelar Juara Dunia MotoGP pada tahun 2021. Di lintasan, ia adalah iblis yang ditakuti; seorang pejuang tanpa kompromi yang mendorong motornya hingga batas absolut.

Namun, di balik visor helm yang menutupi wajahnya, di luar paddock yang riuh, dan jauh dari sorotan kamera global, ada sisi lain dari Fabio Quartararo yang jarang terekspos. Para penggemar sering kali ingin tahu lebih banyak tentang kehidupan pribadi idola mereka, termasuk hal-hal yang mendasar seperti nilai-nilai yang dianut dan keyakinan spiritual. Salah satu pertanyaan yang sering muncul di kalangan penggemarnya adalah: apa agama Fabio Quartararo?

Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang keyakinan agama Fabio Quartararo, tidak hanya dengan memberikan jawaban langsung, tetapi juga dengan menjelajahi konteks budaya dan keluarganya, bagaimana keyakinan tersebut berinteraksi dengan persona profesionalnya, dan mengapa ia memilih untuk menjaga aspek ini sebagai bagian dari ranah pribadinya.

Jawaban Langsung: Latar Belakang Kristen-Katolik

Secara singkat dan langsung, Fabio Quartararo diketahui berlatar belakang Kristen, lebih spesifik lagi, Katolik. Jawaban ini didasarkan pada beberapa faktor kunci yang saling mendukung: latar belakang keluarga, warisan budaya, dan beberapa pengamatan subtil dari publik.

  1. Warisan Keluarga dan Geografis: Fabio lahir pada 20 April 1999 di Nice, Prancis. Prancis secara historis adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Katolik Roma. Meskipun tingkat sekularisme di Prancis modern cukup tinggi, tradisi dan budaya Katolik masih mendarah daging dalam banyak keluarga, terutama dalam hal ritus-ritus kehidupan seperti pembaptisan.

  2. Keturunan Sisilia: Yang lebih memperkuat dugaan ini adalah darah Sisilia yang mengalir dalam dirinya. Ayahnya, Étienne Quartararo, memiliki keturunan Sisilia, Italia. Sisilia, dan Italia pada umumnya, adalah jantung dari Gereja Katolik Roma. Keyakinan Katolik di sana bukan hanya sekadar agama, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari identitas budaya, tradisi keluarga, dan kehidupan sosial. Kombinasi warisan Prancis dan Sisilia ini menempatkan Quartararo secara kuat dalam lingkungan budaya Katolik.

  3. Simbolisme Personal: Meskipun sangat jarang, dalam beberapa kesempatan di awal kariernya, Quartararo terlihat mengenakan kalung dengan liontin salib. Bagi banyak atlet Eropa, ini adalah simbol umum dari iman Kristen mereka, yang dikenakan sebagai pengingat pribadi atau tanda perlindungan, bukan sebagai deklarasi publik yang mencolok.

Namun, penting untuk menggarisbawahi bahwa Quartararo bukanlah seorang atlet yang vokal tentang agamanya. Ia tidak pernah secara eksplisit membahas keyakinannya dalam wawancara, dan media sosialnya lebih berfokus pada karier balap, latihan fisik, momen bersama teman, dan promosi sponsor. Pendekatan ini sangat kontras dengan beberapa atlet lain di dunia yang secara terbuka menjadikan iman sebagai pusat narasi mereka.

Profesionalisme di Atas Segalanya: Fokus pada Lintasan

Sikap Quartararo yang cenderung privat mengenai agamanya dapat dipahami melalui lensa profesionalisme seorang atlet elite. Di level tertinggi olahraga motor, fokus mental adalah segalanya. Gangguan sekecil apa pun dapat berakibat fatal, baik secara harfiah di lintasan maupun secara kiasan bagi karier mereka. Bagi Quartararo, identitas utamanya yang ia proyeksikan kepada dunia adalah sebagai seorang pembalap MotoGP.

  1. Membangun Merek "El Diablo": Julukan "El Diablo" (Sang Iblis) melekat padanya sejak usia muda karena gaya balapnya yang tanpa ampun. Persona ini adalah merek dagangnya. Membicarakan keyakinan agama secara mendalam berpotensi menciptakan narasi yang kompleks atau bahkan kontradiktif dengan citra publiknya yang agresif di lintasan. Dengan menjaga keyakinannya tetap pribadi, ia membiarkan performanya yang berbicara dan mempertahankan citra merek yang kuat dan konsisten.

  2. Menghindari Kontroversi: Dunia modern, terutama di media sosial, sangat rentan terhadap polarisasi. Agama adalah topik yang sangat pribadi dan sensitif. Dengan tidak menonjolkan keyakinannya, Quartararo secara efektif menghindari potensi perdebatan, kritik, atau penilaian yang tidak perlu dari publik. Fokusnya tetap murni pada olahraga, menyatukan penggemar dari berbagai latar belakang di bawah satu panji: dukungan untuk performanya di sirkuit.

  3. Cerminan Sekularisme Eropa: Sikap Quartararo juga mencerminkan tren yang lebih luas di kalangan banyak orang Eropa modern. Bagi banyak orang di sana, agama adalah urusan pribadi (une affaire privée). Mereka mungkin dibaptis, merayakan Natal dan Paskah, tetapi tidak secara aktif mempraktikkan atau mendiskusikan iman mereka di ruang publik. Iman menjadi sumber kekuatan internal dan kompas moral pribadi, bukan sesuatu yang perlu diumumkan kepada dunia.

Paradoks "El Diablo": Antara Persona dan Keyakinan

Salah satu aspek yang paling menarik untuk dianalisis adalah paradoks antara julukannya, "El Diablo," dengan latar belakang agamanya yang Kristen. Dalam teologi Kristen, iblis adalah antitesis dari kebaikan dan Tuhan. Lalu, bagaimana seorang dengan latar belakang Kristen bisa merasa nyaman dengan julukan seperti itu?

Jawabannya terletak pada pemisahan total antara persona di lintasan dan kepribadian di luar lintasan. "El Diablo" bukanlah cerminan karakter moral atau spiritualnya, melainkan deskripsi metaforis tentang bagaimana ia berubah menjadi kompetitor yang ganas begitu balapan dimulai. Itu adalah alter ego olahraganya.

  • Di Lintasan: Ia adalah "El Diablo" yang berani mengambil risiko, menyalip dari posisi mustahil, dan tidak pernah menyerah. Julukan ini adalah lencana kehormatan yang menandakan kegigihan dan semangat juangnya.
  • Di Luar Lintasan: Mereka yang mengenalnya mendeskripsikan Fabio sebagai sosok yang ramah, rendah hati, humoris, dan terkadang emosional. Ia adalah seorang pemuda yang menikmati waktu bersama keluarga dan teman-temannya.

Keyakinan agamanya, meskipun tidak ditampilkan, kemungkinan besar berfungsi sebagai fondasi yang menopang pribadinya di luar lintasan. Iman dapat memberikan ketenangan batin, kekuatan untuk menghadapi tekanan luar biasa, kerendahan hati saat meraih kemenangan, dan ketabahan saat menghadapi kekalahan atau cedera. Ini adalah jangkar spiritual yang menjaga keseimbangan di tengah dunia MotoGP yang penuh gejolak.

Perbandingan dengan Pembalap Lain

Untuk memahami posisi Quartararo, kita bisa membandingkannya dengan pembalap lain di grid MotoGP. Sebagian besar pembalap, terutama yang berasal dari Eropa (Spanyol, Italia, Prancis), memiliki latar belakang Katolik yang serupa. Marc Márquez, misalnya, juga berasal dari Spanyol yang mayoritas Katolik. Namun, seperti Quartararo, ia jarang sekali membahas agamanya. Fokus mereka adalah pada performa.

Ini berbeda dengan beberapa atlet di cabang olahraga lain, seperti Lewis Hamilton di Formula 1, yang lebih vokal tentang imannya dan sering berbicara tentang bagaimana Tuhan memberinya kekuatan. Perbedaan ini bukan berarti satu pendekatan lebih baik dari yang lain, melainkan menunjukkan keragaman cara atlet mengintegrasikan (atau memisahkan) kehidupan spiritual mereka dengan karier profesional mereka.

Pilihan Quartararo untuk menjaga privasi adalah sebuah keputusan sadar yang menghormati sifat personal dari keyakinan dan pada saat yang sama memperkuat citranya sebagai seorang profesional yang berdedikasi penuh pada keahliannya.

Kesimpulan: Iman yang Tenang di Tengah Kebisingan

Jadi, apa agama Fabio Quartararo? Ia berasal dari latar belakang Kristen Katolik, sebuah warisan dari budaya Prancis dan Sisilia yang membentuknya. Namun, jawaban ini hanyalah titik awal dari pemahaman yang lebih dalam. Fabio Quartararo adalah contoh sempurna dari seorang atlet modern yang memisahkan dengan jelas antara kehidupan publik dan ranah pribadi.

Keyakinannya bukanlah sesuatu yang ia gunakan untuk membangun citra atau mencari pengikut. Sebaliknya, itu adalah bagian sunyi dari dirinya, sebuah fondasi tak terlihat yang mungkin memberinya kekuatan, kerendahan hati, dan perspektif di tengah tekanan untuk menjadi yang terbaik di dunia. Ia mengajarkan kita bahwa iman tidak selalu harus diteriakkan dari atas atap; terkadang, kekuatannya justru terletak pada keheningannya.

Sementara di lintasan ia akan selamanya dikenal sebagai "El Diablo" yang menakutkan, di balik semua itu ada seorang Fabio Quartararo—seorang juara, seorang pemuda, dan seorang individu yang keyakinannya menjadi sumber kekuatan pribadinya, jauh dari gemerlap dunia MotoGP. Dan dalam pilihannya untuk menjaga hal itu tetap pribadi, ia menunjukkan kedewasaan dan fokus yang sama yang telah menjadikannya seorang juara dunia.