Misteri di Balik Absennya IVE di Weverse: Mengungkap Alasan Strategis, Persaingan Korporat, dan Ekosistem Alternatif

Di era di mana interaksi antara idola K-Pop dan penggemar menjadi lebih instan dan personal, platform komunitas penggemar telah menjadi pilar utama industri. Di puncak hierarki ini, Weverse, platform yang didukung oleh HYBE Corporation, berdiri sebagai raksasa yang tak tertandingi. Menjadi "rumah digital" bagi artis-artis terbesar di dunia seperti BTS, SEVENTEEN, TXT, hingga BLACKPINK, kehadiran di Weverse seolah menjadi stempel validasi status papan atas sebuah grup.

Namun, di tengah dominasi ini, sebuah anomali menarik perhatian banyak penggemar, khususnya para DIVE (nama fandom resmi IVE). IVE, sebagai salah satu grup generasi keempat yang paling fenomenal dengan rentetan lagu hit dan popularitas global yang meroket, secara mencolok tidak hadir di Weverse. Pertanyaan pun mengemuka: Mengapa grup sekelas IVE, dengan basis penggemar yang masif dan haus akan konten, tidak memanfaatkan platform terbesar di industri?

Jawabannya bukanlah sebuah kelalaian atau ketidaktertarikan sederhana. Sebaliknya, absennya IVE dari Weverse adalah hasil dari kalkulasi bisnis yang cermat, persaingan sengit antar-korporasi raksasa, dan strategi Starship Entertainment untuk membangun ekosistem interaksi penggemar yang berbeda.

1. Dominasi Weverse dan Mengapa Kehadiran di Sana Dianggap Penting

Untuk memahami signifikansi dari absennya IVE, kita harus terlebih dahulu mengapresiasi kekuatan Weverse. Diluncurkan pada tahun 2019, Weverse lebih dari sekadar aplikasi media sosial. Ia adalah sebuah ekosistem terintegrasi yang menawarkan:

  • Komunitas Terpusat: Penggemar dapat berinteraksi satu sama lain dan dengan artis dalam format yang mirip dengan gabungan Twitter dan forum online. Artis dapat memposting foto, video, dan pesan teks, yang kemudian dapat dikomentari oleh penggemar.
  • Konten Eksklusif: Weverse menjadi wadah utama untuk konten di balik layar, acara varietas orisinal, dan materi-materi lain yang tidak dirilis di platform publik.
  • Weverse Live: Fitur siaran langsung yang memungkinkan interaksi real-time, menggantikan platform seperti V LIVE yang telah diakuisisi dan diintegrasikan ke dalamnya.
  • Weverse Shop: Toko merchandise terintegrasi yang memudahkan penggemar membeli album, pernak-pernik resmi, dan tiket konser, menciptakan aliran pendapatan yang signifikan.
  • Keanggotaan Resmi (Membership): Menawarkan konten dan keuntungan premium bagi penggemar yang membayar biaya tahunan.

Dengan bergabungnya artis-artis dari agensi lain seperti YG Entertainment (BLACKPINK) dan SM Entertainment (aespa, RIIZE), Weverse telah berevolusi dari platform eksklusif HYBE menjadi standar industri. Kehadiran di sana memberikan jangkauan global yang luar biasa dan menyederhanakan pengalaman penggemar dalam satu aplikasi. Inilah yang membuat ketidakhadiran IVE begitu terasa.

2. Akar Permasalahan: Perang Dingin Antara HYBE dan Kakao

Alasan utama dan paling fundamental mengapa IVE tidak ada di Weverse terletak pada struktur kepemilikan agensi mereka, Starship Entertainment. Starship bukanlah entitas independen; sejak tahun 2013, ia telah menjadi anak perusahaan dari Kakao Entertainment.

Di sinilah benang merahnya terungkap. Kakao Entertainment bukanlah pemain kecil. Ia adalah salah satu dari dua raksasa teknologi dan hiburan di Korea Selatan, bersaing langsung dengan HYBE Corporation di berbagai lini bisnis. Persaingan ini mencakup musik (Melon Music vs. Weverse), webtoon (KakaoPage vs. Naver Webtoon yang berkolaborasi dengan HYBE), dan manajemen artis.

Menempatkan IVE—salah satu aset paling berharga milik Starship dan, secara tidak langsung, milik Kakao—di Weverse akan menjadi sebuah langkah yang kontra-intuitif secara strategis. Ini sama saja dengan:

  • Memberikan Data Penggemar kepada Pesaing: Setiap interaksi, pembelian, dan aktivitas DIVE di Weverse akan menjadi data berharga bagi HYBE. Data ini dapat digunakan untuk menganalisis perilaku penggemar, tren pasar, dan mengoptimalkan strategi bisnis HYBE sendiri. Kakao tentu tidak ingin memberikan "amunisi" ini kepada rival utamanya.
  • Mendukung Ekosistem Pesaing: Setiap langganan keanggotaan atau pembelian merchandise IVE melalui Weverse Shop akan memberikan sebagian pendapatan kepada HYBE sebagai operator platform. Secara efektif, Kakao akan membayar pesaingnya untuk menjadi tuan rumah bagi artisnya sendiri.
  • Melemahkan Ekosistem Sendiri: Kakao memiliki ambisi untuk membangun ekosistemnya sendiri yang terintegrasi. Mereka memiliki platform musik terbesar di Korea (Melon), layanan pesan instan dominan (KakaoTalk), dan portal web (Daum) yang secara historis menjadi rumah bagi fan cafe tradisional. Mendorong penggemar IVE ke Weverse akan mengkanibalisasi potensi pertumbuhan platform milik Kakao atau yang berafiliasi dengannya.

Puncak dari persaingan ini terlihat jelas selama perebutan akuisisi SM Entertainment pada awal 2023. HYBE dan Kakao terlibat dalam pertarungan sengit untuk mendapatkan kendali atas agensi K-Pop legendaris tersebut. Meskipun HYBE akhirnya mundur dan Kakao menjadi pemegang saham mayoritas, pertempuran ini menggarisbawahi betapa dalamnya rivalitas di antara kedua perusahaan. Dalam iklim bisnis seperti ini, kolaborasi dengan menempatkan artis andalan di platform pesaing menjadi sangat tidak mungkin.

3. Strategi Alternatif Starship: Memilih "Gelembung" Intimasi

Starship Entertainment tidak membiarkan IVE terisolasi dari penggemar. Sebaliknya, mereka secara sadar memilih jalur yang berbeda, dengan fokus pada platform yang menawarkan model interaksi yang berbeda dan sejalan dengan kepentingan korporat mereka. Pilihan utamanya jatuh pada DearU Bubble.

Bubble, yang dikembangkan oleh anak perusahaan SM Entertainment, DearU, menawarkan pendekatan yang sangat berbeda dari Weverse. Jika Weverse adalah alun-alun kota yang ramai, maka Bubble adalah ruang obrolan pribadi. Fitur utamanya adalah:

  • Simulasi Pesan Pribadi: Penggemar yang berlangganan layanan untuk anggota IVE tertentu akan menerima pesan (teks, foto, video, pesan suara) yang terasa seolah-olah dikirim langsung kepada mereka. Meskipun pesan tersebut dikirim ke semua pelanggan, antarmukanya dirancang untuk meniru aplikasi obrolan 1-on-1.
  • Tingkat Keintiman yang Tinggi: Model ini menciptakan ilusi kedekatan dan eksklusivitas yang kuat. Penggemar merasa mendapatkan "akses pribadi" ke pikiran dan kehidupan sehari-hari idola mereka.
  • Model Pendapatan Berbasis Langganan: Bubble beroperasi dengan model langganan bulanan per anggota, menciptakan aliran pendapatan yang stabil dan dapat diprediksi bagi agensi dan artis.

Selain Bubble, IVE juga masih memanfaatkan Daum Fan Cafe sebagai pusat pengumuman resmi, jadwal, dan interaksi berbasis forum yang lebih tradisional. Penggunaan Daum Fan Cafe ini sangat logis, mengingat Daum adalah bagian dari kerajaan Kakao. Dengan demikian, Starship menjaga lalu lintas penggemar tetap berada di dalam ekosistem induk perusahaannya.

Kombinasi Bubble untuk interaksi personal dan Daum Fan Cafe untuk komunikasi resmi, ditambah dengan pemanfaatan media sosial global seperti YouTube, Instagram, dan TikTok, membentuk strategi komunikasi multi-platform IVE. Mereka mungkin tidak memiliki satu "rumah super" seperti Weverse, tetapi mereka berhasil menjangkau penggemar melalui berbagai kanal yang masing-masing memiliki kekuatan unik.

4. Perspektif Penggemar: Terfragmentasi Namun Terbiasa

Bagi DIVE, strategi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Di satu sisi, pengalaman terasa terfragmentasi. Untuk mendapatkan pembaruan lengkap, seorang penggemar mungkin harus memeriksa Daum Fan Cafe, berlangganan Bubble, mengikuti akun Twitter untuk berita cepat, dan menonton YouTube untuk konten video. Ini bisa terasa merepotkan dibandingkan dengan kemudahan satu atap yang ditawarkan Weverse.

Namun, di sisi lain, banyak penggemar sangat menghargai nuansa personal yang ditawarkan oleh Bubble. Sensasi menerima pesan "pribadi" dari Wonyoung atau Yujin seringkali dianggap lebih berharga daripada sekadar membaca postingan publik di linimasa Weverse yang ramai. Pada akhirnya, penggemar setia akan mengikuti artis favorit mereka ke platform mana pun yang mereka gunakan. Meskipun ada keluhan awal, komunitas DIVE telah beradaptasi dengan ekosistem yang dipilihkan oleh Starship.

Kesimpulan: Keputusan Bisnis yang Dingin di Industri yang Panas

Absennya IVE di Weverse bukanlah sebuah kebetulan, melainkan sebuah keputusan strategis yang berakar kuat pada lanskap persaingan korporat di industri hiburan Korea Selatan. Ini adalah cerminan dari "perang dingin" antara Kakao Entertainment dan HYBE Corporation. Starship, sebagai bagian dari keluarga Kakao, secara logis memprioritaskan ekosistemnya sendiri dan platform afiliasi seperti Bubble yang menawarkan model interaksi dan monetisasi yang berbeda.

Meskipun ini menciptakan pengalaman yang sedikit terfragmentasi bagi DIVE, Starship telah berhasil membangun jembatan komunikasi yang efektif melalui kombinasi Bubble, Daum Fan Cafe, dan media sosial utama. Selama IVE terus merilis musik berkualitas dan konten yang menarik, penggemar akan terus menemukan cara untuk terhubung.

Pada akhirnya, misteri ini mengajarkan kita bahwa di balik panggung gemerlap K-Pop, ada jaringan keputusan bisnis yang kompleks dan kalkulasi strategis yang dingin. Pilihan platform digital bukan hanya tentang interaksi penggemar, tetapi juga tentang data, pendapatan, dan pertarungan untuk mendominasi ekosistem hiburan masa depan. Dan dalam pertarungan itu, IVE berada di garis depan, mewakili kubu Kakao.